Ikan Introduksi, Arus Globalisasi Yang Melanda Perairan Indonesia

Posted by: Tags:

Kabarmancing.com, Solo – Arus globalisasi ternyata telah melanda perairan kita, tidak hanya Pepsi, Coca Cola, Mc.Donald dan produk lainnya yang bisa ditemukan di kutub sampai di Afrika yang panas. Globalisasi membuat dunia nyaris tanpa batas dan menuju keseragaman.

Berita Terkait : Sekilas Tentang Lele di Indonesia, Ada Dumbo, Lokal & Lele Laut

    Ikan introduksi adalah ikan yang didatangkan dari negara lain untuk keperluan ikan hias maupun ikan konsumsi. Biasanya ikan ini menyebar di perairan karena di sengaja atau tanpa sengaja berkembang biak.

    Sebagian orang awam, tidak tahu bahwa ikan yang mereka kenal sebenarnya bukanlah ikan asli kita tetapi ikan asing. Sebagian mengira mujair, nila, mas, lele dumbo, bawal, grass karp, mola dan karper adalah ikan asli perairan kita, padahal tidak. Ikan mujair, nila dan lele dumbo berasal dari Afrika, ikan bawal dari Sungai Amazone Brasil, sedangkan grass karp, mola, mas dan karper berasal dari Cina.

   Berita Terkait : Mengupas Seluk Beluk Ekologi Ikan Baronang (Rabbitfish)

    Sebagai pemancing air tawar, penulis tahu persis ada pergeseran jenis ikan yang didapat melalui mancing di sungai, waduk dan alam bebas lainnya dalam kurun waktu 10-15 tahun belakangan ini, setidaknya di sekitar perairan Jawa Tengah.

 

Jenis-jenis ikan globalisasi

    Dulu tidak dikenal ikan sapu-sapu (plecostomus sp) yang menguasai Bengawan Solo. Ikan asal Amazone yang dapat mencapai ukuran 40 cm lebih ini dapat hidup pada kondisi air tercemar yang melebihi kemampuan ikan asli kita, sehingga ia menguasai relung-relung sungai di zona ini. Ikan ini termasuk ikan murah yang dijual sebagai ikan pembersih kaca akuarium sehingga seringkali dibuang begitu saja oleh pemelihara yang bosan.

    Ikan betutu (oxyeleotris marmorata) bukan asli Pulau Jawa tetapi dari Kalimantan dan Sulawesi. Ikan ini sekarang melimpah di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah serta aliran-aliran sungainya. Bila Anda memancing dengan umpan cacing, maka 50% yang terangkat adalah betutu yang oleh penduduk setempat disebut ikan kembo atau bodo. Ikan berukuran 50 cm ini mempunyai kemampuan beradaptasi dengan baik di perairan waduk dan sungai.

    Ikan red devil (amphilophus citrinelus) adalah nenek moyang louhan yang pernah menggebrak pasar ikan hias kita. Ikan yang berasal dari Danau Managua di Nikaragua ini sekarang menguasai lebih dari 50% relung-relung di Waduk Kedung Ombo, Sragen. Para penjala ikan saat ini lebih banyak mendapatkan ikan ini dibanding nila dan tawes yang dulu menguasai waduk. Demikian juga bila Anda memancing di waduk ini, dengan umpan cacing maka 50% akan mengangkat red devil. Di waduk ini juga berkembang ikan zebra (archocentrus nigrofasciatus) yang mirip mujair tetapi belang-belang hitam putih. Kedua ikan hias ini dulunya dikembangkan oleh pengusaha dengan jala apung tetapi jalanya jebol, sehingga berkembang pesat di sekitar waduk.

    Di Rawa Pening, Salatiga, penulis pernah mendapat ikan yang mirip dengan kerapu yaitu managuen (parachromis managuense) sekitar 25 cm. Menurut literatur, ikan asal Nikaragua ini merupakan predator dan termasuk ikan jumbo karena dapat mencapai 70 cm. Ikan hias yang sekarang masih laku di pasaran ini banyak dipelihara di perkampungan peternakan, demikian juga di jala apung di Rawa Pening.

    Bila kita mancing di kolam pemancingan mendapat ikan bawal (serrasalmus sp) adalah hal biasa, tetapi bila di Bengawan Solo, hal ini juga biasa karena ikan ini kadang terpancing dengan umpan cacing dan cere. Ikan yang dapat mencapai 1 meter ini dapat eksis di Bengawan Solo, karena mendapat drop dari perkampungan di Janti, Klaten.

    Ikan akara atau goldsom (aequidens pullcher) justru lebih dulu eksis di sekitar utara Pulau Jawa. Ikan asal Amerika Selatan yang berukuran 35 cm ini sampai saat ini pun masih laku sebagai ikan hias dan banyak dipelihara di perkampungan peternak ikan di Blitar, Tulungagung, Kediri di Jawa Timur.

    Ikan nila (oreochromis niloticus) adalah ikan konsumsi air tawar yang banyak dibutuhkan dunia sebagai fillet (sayatan daging tanpa duri). Ikan Sungai Nil ,Afrika ini menjadi komoditas utama di dunia, termasuk Indonesia. Ikan yang mampu beradaptasi pada berbagai kondisi perairan termasuk air payau telah menjadi ikan introduksi paling utama di dunia termasuk ikan mas tentunya.

    Penulis tidak tahu dengan perairan di luar Jawa Tengah, apakah kondisinya sama. Tetapi penulis pikir tentu lebih banyak yang eksis di perairan kita karena Perairan Indonesia termasuk yang subur akan plankton sehingga memungkinkan pertumbuhan ikan. Di negara lain, misalnya Australia termasuk negara yang ketat dalam menangkal masuknya ikan asing ke dalam perairan tawar mereka. Ikan-ikan ganas seperti piranha, sebenarnya dilarang masuk ke Indonesia tapi banyak dijual di pasar ikan hias. Apa jadinya bila ikan ini berkembang di perairan bebas kita?

    Di Amerika dan Eropa dikenal ikan game fishing atau sport fish yaitu ikan bass (sebangsa kerapu), pike (sebangsa gabus) dan salmon yang menjadi ciri khas target pancingan mereka. Bahkan ada negara bagian di Amerika yang mengimpor gabus yang akan digunakan sebagai game fishing. Di Indonesia, sebenarnya banyak ikan-ikan very big yang dapat dijadikan ikon pemancingan air tawar, seperti gabus, patin, tapah, belida dan jambal. Beberapa ikan bahkan menjadi very-very big fish tetapi mendekati kepunahan seperti bagarius yarelli yang mencapai 2 meter. Ikan yang terlihat seperti gabungan antara lele, sapu-sapu, betutu ini dapat ditemukan di sungai-sungai Jawa Barat dan Jawa Tengah, walaupun sangat jarang sekali.

    Globalisasi telah terjadi di negeri kita, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai saat anak cucu kita harus ke luar negeri untuk melihat gabus dan tawes, seperti halnya mahasiswa kita yang mempelajari Sastra Jawa harus pergi ke Leiden, Belanda karena di tempat mereka literaturnya lebih lengkap. Ironis memang.(sumber:eko budi-solo/foto:dok.kabarmancing.com)

example banner example banner

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses