Dino : Mancing Bukan Untuk Hidup, Tapi Untuk Menikmati Hidup

Posted by: Tags:

Dino

Kabarmancing.com, Yogyakarta – Pria asal Jogja ini dikenal sebagai pemancing alam liar (wild fishing). Berbagai spot sungai di Jogja sudah ia sambangi. Itulah perkenalan dengan Dino (49) sapaan akrabnya saat kabarmancing.com ada di Jogja menemui beliau.

    Dino lahir, dibesarkan dan tinggal di Sleman, Yogyakarta. Ia mengakui sejak kecil suka mancing. Peralatannya pun seadanya, seperti joran pakai bambu diserut, senar pakai tali tambang plastik yang diurai dan mata pancing pakai peniti. “Lucu deh kalau ingat masa kecil. Ikan dipancing jenis kotes (chana gachua) yang kebetulan dekat rumah masih banyak,” ujarnya mengenang.

    “Pertama kenal mancing dari senior-senior yang kebetulan banyak tetangga suka mancing. Awalnya cuma lihat-lihat tetangga mancing, sepertinya kok asik banget, dari situ kepingin mencoba,” tambahnya lagi. Sejak itulah menjadi awal hobi yang ditekuni sampai Dino menikah. “Istri juga hobi mancing, otomatis saling mendukung, walau anak saya tidak suka mancing tapi memahami hobi orang tuanya. 80% waktu mancing saya bersama istri dan banyak teman iri melihat kami mancing berdua. Bagi saya mancing bareng istri besar pengaruhnya untuk keharmonisan rumah tangga karena lebih banyak waktu untuk berdua,” paparnya.

Ikan hampala, casting dengan pencil, spot sungai tengah kota jogja

Ikan hampala, casting dengan pencil, spot Sungai Tengah Kota Jogja

    Selain itu Dino juga suka mancing di laut tapi frekwensinya tidak sesering di freshwater karena jarak dari rumah ke laut paling dekat 40 km, jadi baginya harus punya waktu cukup lama untuk mancing di laut. Tidak seperti mancing freshwater, jaraknya dekat dengan waktu 3 – 4 jam sudah puas. “Lokasi favorit saya mancing di laut pantai atau dermaga dan teknik digunakan pasiran (surf fishing) untuk di pantai dan teknik casting dan fly fishing untuk di dermaga,” jelasnya lagi kepada kabarmancing.com

    Bagaimana di kolam pemancingan? Ternyata ia tidak suka, entah kenapa dari dulu ia tidak suka mancing di kolam, kecuali jika ada gathering atau mancing bareng, itu juga terbatas di kolam CnR. Menurutnya mancing di kolam pemancingan kurang semenantang mancing di wild dimana kita tidak tahu jenis ikan dan ukuran yang ada di suatu spot.

           

Aktif di sosial media

    Ketika masuk materi pertanyaan wild, Dino pun semangat menceritakan. “Saya suka mancing di alam karena lebih banyak unsur olahraga dan petualangan, walaupun boncos tapi itung-itung sudah olahraga karena mancing di alam keluar banyak keringat. Yang jelas banyak tantangannya karena kita bisa mengasah kemampuan baik itu mencari spot potensial, mengembangkan teknik casting sesuai kondisi spot, maupun menentukan umpan yang cocok untuk spot tertentu,” ujarnya detail.

Ikan bawal, casting dengan minnow, spot embung buatan

Ikan bawal, casting dengan minnow, spot embung buatan

    Lokasi wild fishing ia datangi seperti sungai, danau, rawa dan muara di Jogja baik yang sudah familiar maupun spot-spot baru yang perlu di explore. “Dalam memancing saya tidak terpaku di satu teknik, saya menyesuaikan dengan musim. Contohnya, saat musim hujan dimana sungai-sungai banjir dan keruh, tidak mungkin kita mancing di sungai maka saya mancing di rawa yang saat musim hujan rawa penuh airnya sehingga ikan lebih potensial. Ketika memasuki kemarau debir air sungai mulai surut dan air mulai bening saatnya kita mancing di sungai maupun muara karena awal kemarau saat terbaik mancing di sungai,” jelasnya lagi.

    Teknik yang Dino gunakan mancing wild teknik casting atau fly fishing. Kedua teknik itu  sangat besar unsur olahraganya karena harus menyusuri spot dengan rintangannya sambil lempar dan tarik umpan terus menerus, jadi kaki dan tangan selalu bergerak. Ikan paling sering ia pancing hampala, gabus dan wader karena di daerahnya ikan-ikan itu masih banyak dan punya sensasi saat strike. “Ikan wader walaupun kecil tapi kalau kita pancing dengan alat yang pas sensasi strike-nya tidak kalah dengan ikan lainnya. Ikan wader yang besarnya cuma seukuran jari tapi kalau kita mancingnya dengan joran tegeg yang lentur, line ukuran paling tipis dan hook ukuran kecil terasa nikmat juga karena bisa merasakan perlawannya,” imbuhnya.

    Ada hal menarik filosofi mancing menurut Dino, yaitu mancing bukan untuk hidup, tapi untuk menikmati hidup. “Mancing bagi saya salah satu cara untuk menikmati hidup, bukan untuk hidup karena saya hampir tidak pernah makan ikan hasil mancing sendiri karena biasanya ikan yang saya dapat saya lepas kembali,” ujarnya.

    Kini Dino aktif di komunitas mancing, di sosial media ia mengelola beberapa grup seperti Jogjangler, Café Waderan dan Hampala Catch & Release Club serta tergabung di banyak komunitas mancing. “Di dalam komunitas mancing kita bisa saling berbagi teknik, pengetahuan, pengalaman, spot, umpan dan lainnya,” ujarnya diplomatis.(rambe/foto:dok.dino) 

example banner example banner

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses