Memancing ‘Bilih’ yang Hampir Punah di Singkarak

Cover Singkarak

Kabarmancing.com, Sumatera Barat – Pemandangan Danau Singkarak sungguh elok dipandang mata. Selain keindahannya, Singkarak juga dikenal menyimpan ikan bernama bilih yang konon hampir punah. Hingga kini Singkarak banyak dimanfaatkan nelayan dan pemancing untuk mencari bilih.

    Danau Singkarak terbentang sepanjang 22 km dengan lebar 8 km seluas 13.011 ha yang terletak di Dua Kabupaten yakni Solok dan Tanah Datar, yang diawali dari Desa Sumani dan berujung di Desa Ombilin. Ada mengatakan Singkarak merupakan danau terluas dibandingkan Danau Maninjau, Danau Diatas dan Danau Dibawah di wilayah Sumatera Barat.

Jalan menuju Singkarak

Jalan menuju Singkarak

    Bagi nelayan pinggiran Singkarak, danau ini telah mengangkat kehidupan mereka dengan adanya ikan bilih (Mystacoleuscus padangensis blkr), satu-satunya ikan di dunia yang habitat aslinya dari Singkarak yang hampir punah dan mempunyai nilai jual tinggi bagi nelayan. Selain harapan bagi nelayan juga harapan bagi pemancing. Banyak pemancing yang datang untuk mancing bilih. Bagi pemancing kesabaran memancing ikan ini bisa menghabiskan waktu seharian, dikarenakan kian menyusutnya air danau. Walaupun sepanjang danau banyak nelayan menjalanya, pemancing sendiri tidak peduli kehabisan bilih yang diincar.

     “Singkarak kaya potensi ikan air tawar, yakni ribuan bilih, ikan langka endemik yang hanya ada di danau ini dan secara tidak langsung mengangkat perekonomian nelayan,“ ungkap Muchtar pemancing asal Solok. Begitu juga dikatakan Edwin dari kota yang sama, “Bilih saat ini populasinya semakin menurun, dikarenakan debit air danau dan pola penangkapannya amburadul, saya biasanya dapat 3-5 ekor bilih tapi semenjak tahun 2000 populasinya menurun drastis dan kadang-kadang satu hari hanya berhasil menangkap satu ekor,“ tuturnya.

    Banyak pemancing yang datang ke Singkarak untuk mengincar bilih, alasannya sangat nikmat disantap berupa menu bilih goreng sambal ala Padang yang merupakan makanan khas daerah ini, yang dengan mudah dijumpai di sepanjang Jalan Raya Singkarak di tepi danau. “Bilih rasanya gurih, saya sering memancingnya dan dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga, bahkan ikan ini karena gurihnya di ekspor ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore. Harga jual ikan bilih sekilonya mencapai angka Rp 300 ribu yang sudah digoreng, “ tambah Muchtar. Memang saat ini ikan bilih belum bisa dibudidayakan di luar habitatnya, apalagi di kolam maupun akuarium bahkan di jala terapung sekalipun. 

Ikan bilih yang siap disantap

Ikan bilih yang siap disantap, harganya mahal

    Untuk mancing bilih umpannya hampir sama seperti di danau-danau yang ada di Pulau Jawa yaitu udang, cacing, ulat dan anak mas. Dari sekian ikan yang ada di Singkarak seperti mas, nila dan gurame, namun pemancing disana selalu mengatakan sasaran mereka ikan bilih yang panjangnya bisa mencapai 8 cm hingga 15 cm.

    Memang banyak pemancing yang datang hanya memancing bilih yang populasinya kian punah. Ya, untuk menyelamatkan ikan ini haruslah mengurangi alat tangkap, serta mengatur besar mata jaring yang dioperasikan nelayan dan melarang para nelayan menangkap bilih dengan bahan peledak. “Saya yakin bila dipatuhi kami sebagai pemancing dapat seperti dulu memancingnya dengan mudah, itulah yang kami harapkan,” ungkap pemancing disana. Walaupun bilih kian menurun tapi tidak menyurutkan para pemancing melampiaskannya memancing berjam-jam penuh kesabaran sambil menatap nelayan menjaring ikan. Di hari libur maupun hari besar danau ini ramai sekali dikunjungi pemancing.(bayu kmc/foto:dok.kabarmancing.com)

example banner example banner

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses