‘Dengan Semangat Sumpah Pemuda’ Ma Omah Fishing Club Trip ke Krakatau

Krakatau

Kabarmancing.com, Banten – Komunitas mancing dari Kota Bekasi, Ma Omah Fishing Club (MFC) baru saja melaksanakan kegiatan trip. Dalam paket trip tersebut tertera spot yang ditawarkan spot Panaitan (Ujung Kulon), Gugus Pegunungan Krakatau dan Sea Mount Reef (SMR). Kedua spot terakhir ini masuk dalam Provinsi Lampung. Bagi seorang petualang mancing (angler) di laut, spot yang terakhir ini sudah tidak asing lagi mereka dengar dan siapa pun yang belum pernah pasti ingin mencoba untuk mancing disana.

    Ceritanya, menjelang Hari Sumpah Pemuda tanggal 26 hingga 28 Oktober 2017 lalu, komunitas MFC menyelenggarakan trip mancing yang sedianya menuju spot Panaitan, Sea Mount Reef (SMR) dan Gugusan Pegunungan Krakatau yang berada di bawah permukaan laut. Trip mancing yang diusung ini bertajuk “Dengan Semangat Sumpah Pemuda Mancing Bareng di Laut Dalam”.

Gunung Karakatu terttutup kabut

Puncak Gunung Krakatau tertutup kabut

    Hari itu 25 Oktober 2017, kami berangkat pukul 3 sore. Namun, karena harus menunggu seseorang yang masih dalam perjalanan, kami pun mengalami perpanjangan waktu selama 1 jam. Tepat pukul 4 sore rombongan bergerak meninggalkan Sekretariat (base camp) Ma Omah Fishing Club di Jalan Lingkar Luar, Perumahan Taman Wisma Asri, Kota Bekasi. Rombongan berjumlah 4 mobil ini beriringan memasuki jalan bebas hambatan Bekasi Barat. Satu kendaraan yang dikemudikan Abdul Wasit melesat lebih dahulu karena harus menjemput Bapak Uccu Suwarno di Jalan Toko Waralaba 24 jam, di kawasan Bumi Serpong Damai City.

    Sesuai dengan kesepakatan bersama kami beristirahat di Km 42 Jalan Tol Merak. Tiba jam 18.45, satu per satu keempat mobil rombongan merapat di Rest Area Km 42 untuk melepas lelah dan mengisi perut agar tidak masuk angin yang intinya adalah menambah asupan energi. Jumlah rombongan trip mancing kali ini 12 orang yang dapat ditampung dalam satu kapal dengan panjang kapal 12 meter dan lebar 3 meter. Secara keseluruhan kapal dapat menampung 20 orang termasuk kapten kapal dan Anak Buah Kapal.

 

Menuju spot

    Usai melakukan istirahat, sekitar pukul 7 malam rombongan melesat secara beriringan melalui beberapa pintu gerbang tol. Kami sepakat keluar di Pintu Tol Cilegon Barat, kemudian masuk Kota Cilegon. Kendaraan yang dikemudikan Yudi Dermawan berhenti di minimarket 24 jam untuk membeli makanan kecil. Setelah dirasakan cukup, kami meneruskan perjalanan keluar menelusuri kawasan industri Candra Asri. Suasana jalan raya cukup lengang, hanya sesekali kami harus menyalip kendaraan berat yang sarat dengan muatan kebutuhan industri.

Penulis (kanan) dengan hasil tangkapan

Penulis (kanan) dengan hasil tangkapan

    Lepas dari kawasan industri, kami melintasi daerah permukiman dan pasar-pasar lokal yang cukup ramai dengan masyarakat yang lalu lalang berbelanja. Kami menyempatkan melihat arloji, ternyata waktu menunjukkan masih pukul 20.17. Pantas saja hiruk pikuk kehidupan malam nampak masih menggeliat layaknya kota-kota penyangga ibukota.

    Di sebelah kanan jalan terlihat berdiri dengan “gagah” mercusuar yang dibangun beberapa ratus tahun lalu oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ya , ternyata kami sedang melintas di Kota Anyer (Anyar). Dalam perjalanan malam rombongan kami menyempatkan untuk beristirahat makan malam sekitar pukul 21.00 dengan menu nasi uduk dan lauk andalan bebek goreng.

    Untuk menuju ke dermaga Hotel Probo kami menggunakan telepon genggam dengan menggunakan jasa panduan penginderaan jarak jauh, situs google map. Melalui jalan berkelok-kelok di tengah lebatnya semak-semak dan padang rumput, serta barisan pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi akhirnya rombongan kami sampai di dermaga yang kami tuju, kala itu waktu menunjukkan pukul 22.15.

Hasil pancingan malam itu

Hasil pancingan malam itu

    Yudi Dermawan selaku pimpinan rombongan menemui Risyanto/Yanto yang ternyata adalah Kapten Kapal Elang Laut 2. Anak Buah Kapal pun sibuk menyiapkan, menaikkan logistik dan segala kebutuhan perlengkapan untuk berlayar, walau sesungguhnya untuk keberangkatan kapal tersebut menggunakan bahan bakar minyak.

    Setelah segala kebutuhan masuk di dalam kapal, tepat pukul 00.00, KM Elang Laut 2, meninggalkan dermaga melalui muara terus menuju laut lepas ke tujuan ke spot-spot andalan. Selama dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama sekitar 4 jam lebih perjalanan di laut, kami menyempatkan diri untuk tidur dan istirahat memulihkan stamina sebagai pengganti selama perjalanan darat yang cukup jauh dan melelahkan.

    Deru mesin kapal bersuara agak melemah menandakan bahwa spot yang dituju telah sampai. Terdengar kapten kapal memberikan aba-aba kepada ABK untuk segera lego jangkar pada koordinat yang dinyatakan tepat untuk menurunkan pengait ke dasar laut agar kapal tidak terombang-ambing terkena arus yang cukup deras. Tiba-tiba terdengar klakson berbunyi. Kami sama-sama mendengarkannya. Ternyata bebunyian ini adalah pertanda bahwa para pemancing dinyatakan siap melontarkan alat pancingnya untuk melakukan perburuan.

 

Suasana saat memancing

    Aktivitas memancing dimulai pukul 04.25, nampaknya sejak kapal meninggalkan dermaga, ada rekan kami, Rully tidak menyempatkan tidur. Mungkin, tangannya sangat gatal ingin segera fight dengan “Sang Penghuni” dasar laut. Benar saja, joran Rully melengkung dan berdenyit suara ril terus mengulur senar akibat tarikan “Sang Predator” yang terus menghujam terkadang ke bawah perut kapal sehingga senar beradu dengan rekan yang lain. Perolehan pertama landed seekor barakuda kurang lebih berat 5 kg, disusul oleh Suharto, Abah, Ato, dan Zulkifli (ABK) masing-masing mendaratkan jenis ikan-ikan karang/dasar, seperti kurisi, kerapu dan kakap merah.

Santai di kapal

Santai di kapal

    Hari pertama yakni hari Kamis, 26 Oktober aktivitas satwa laut mulai ramai kembali pada petang hari sekitaran pukul 17.30 hingga pukul 9 malam. Semua pemancing secara bersamaan kadang bergiliran melakukan strike. Pak Bambang seorang pemancing senior tatkala memperoleh strike, beliau berteriak minta tolong untuk menggantikan posisinya sebagai striker, maklumlah kondisinya baru mengalami kesembuhan terjatuh dari kendaraan roda dua yang ia miliki, sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam suasana trip. Peristiwa ini ternyata dapat memupuk rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Pak Ketua, Suharto sambil berseloroh berteriak karena harus bersaing dengan bisingnya deru mesin. “Kalau strike tidak boleh diojekkan, nanti didiskualifikasi!”. Tak ayal tertawalah sesama pemancing dan ABK yang bersiap-siap untuk mengangkat hasil buruan yang terkena hook.

Senangnya apa yang diharapkan dapat juga

Senangnya apa yang diharapkan dapat juga

    Malam itu, kapten kapal sempat berbincang dengan Yudi bahwa ada berita dari sesama pemandu mancing, kondisi cuaca di SMR gelombang cukup tinggi sehingga untuk melakukan perburuan berikutnya ke spot tersebut diurungkan. Dan pada hari ketiga dilanjutkan dengan mengeksplor di sekitaran gugus Pegunungan Krakatau saja. Pada hari kedua Abah mengalami strike cukup lama yakni 24 menit lebih, setelah terjadi penampakan hasil didapat seekor pari yang dilindungi, sehingga oleh kapten kapal disarankan untuk dirilis/diputuskan senarnya.

    Benar saja, pada hari ketiga, 28 Oktober, dinihari sekitar pukul 4 pagi terjadi serangan fajar, semua pemancing yang menurunkan jorannya mengalami tarikan dari “Sang Penghuni” laut. Ato, Rully, Suharto, Abah, Frederick dan Uccu secara bersamaan dapat menaikkan ikan tongkol yang kala itu sedang berkoloni di sekitaran bawah kapal yang kami tumpangi.

    Sang mentari nampak sudah menggeliat untuk menampakkan sinarnya, Sang kapten menginstruksikan untuk mengganti setting pancing, karena “Si Tongkol” sudah beranjak hengkang dari bawah kapal. Kami merubah rangkaian pancing untuk menangkap ikan-ikan dasar sesuai instruksi kapten. Pengalaman adalah guru yang sangat baik, sesampai bandul/timah di dasar laut, angkat 3 – 4 meter, ril Suharto pun berderik dengan lengkungan joran menghujam ke perut kapal dan akhirnya ikan terangkat selama 15.42 detik sesuai rekaman pada telepon genggam yang di shooting oleh Sumanto. Pada tarikan yang ketiga dengan jeda waktu hanya kurang lebih 2 menit, Suharto fight kembali, perlawanan kali ini nampaknya ikan cukup besar sehingga ril Kamikaze type 6000 mengalami hambatan serius, sesekali terdengar “bergeretak” spol tak mau menggulung yang pada akhirnya ikan dapat didaratkan keatas kapal.

Foto bersama di kapal

Foto bersama diatas kapal

    Sesuai kesepakatan, kami pun beranjak kembali menuju darat pada pukul 9 pagi yang akan ditempuh selama 4 jam perjalanan normal dan tiba di dermaga Hotel Probo pukul 13.20. Disini kami menyempat diri untuk berfoto dengan hasil tangkapan diatas kapal. Dan kembali di dermaga dengan hamparan rerumputan untuk dibagikan sesuai dengan jumlah pemancing, yakni 12 orang atau 12 bagian. Usai pembagian hasil tangkapan berasaskan keadilan dan kebersamaan, ikan dimasukkan ke dalam cold box dan di packing dengan sterofoam sehingga aman dari ceceran air ikan.

    Dari wajah-wajah para anglers nampak menggambarkan kepuasan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Tepat pukul 3 petang penjaga pintu gerbang membukakan pintu, tanda rombongan Ma Omah Fishing Club (MFC), Bekasi, meninggalkan dermaga Hotel Probo, Carita, Banten. Sayonara Krakatau ..! Kami akan kembali bulan depan.(naskah & foto:subagyo slamet)

example banner example banner

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses